• Selasa, 26 September 2023

Ternyata Begini Makna Weti Jara atau Ukiran Manusia yang Menunggang Kuda Pada Sa'o Ngaza Masyarakat Ngada

- Senin, 5 Juni 2023 | 22:16 WIB
Rumah adat orang Ngada (Twitter@VisititFlores)
Rumah adat orang Ngada (Twitter@VisititFlores)

INFO BUDAYA, suluhdesa.com | Salah satu ukiran figuratif pada Sa'o Ngaza masyarakat Ngada adalah kuda. Motif weti jara ditemukan hampir pada semua Sa'o Ngaza dan ditempatkan pada dawu.

Masyarakat Ngada yakin bahwa manusia yang menunggang seekor senantiasa mendapatkan berkat dan keberuntungan.

Mengingat kuda dalam bahasa orang Ngada juga dinamakan jara ngai, artinya hewan yang selalu mendatangkan kesejahteraan bagi pemiliknya.

Zaman dahulu orang yang memiliki kuda piaraan dikenal juga sebagai kaum berada dalam masyarakat. Kuda selain dimanfaatkan sebagai kendaraan serbaguna untuk mengangkut orang juga hasil pertanian dari ladang maupun barang jualan ke pasar.

Baca Juga: Selamat Jalan Sang Pengganggu (Eulogi Pater George Kirchberger, SVD)

Penggunaan ukiran kuda pada dinding Sa'o Ngaza mempunyai tujuan untuk memberi motivasi dan inspirasi pada para penghuni Sa'o Ngaza agar senantiasa tekun bekerja supaya bisa meraih kesuksesan dan kesejahteraan.

Arti lain dari ukiran figuratif kuda terungkap dalam dua pata dela (ungkapan leluhur) yang lazim digunakan oleh masyarakat Ngada.

Pertama, Bodha ie moe jara ngai yang secara harafiah berarti 'harus meringkik seperti kuda '. Istilah jara _ (kuda) dan _ngai (sakti, nafas, kaya, hidup sejahtera) dan ie (meringkik) merefleksikan nilai-nilai luhur yang seyogyanya dipahami dan dipelajari oleh manusia.

Ungkapan bodha ie moe jara ngai menunjukkan bahwa seorang manusia dalam masyarakat kolektif, ketika berkomunikasi dengan orang lain hendaknya lantang, jelas, tegas, dan pasti.

Komunikasi yang demikian akan dapat membawa keharmonisan dan kepastian dalam hidup bersama, terutama bagi mereka yang dipercayakan sebagai pemimpin dalam suku dan dalam masyarakat.

Artinya komunikasi yang dibungkus dengan kemunafikan dan kepentingan tertentu pasti akan menimbulkan ketidakjelasan dan membingungkan bahkan bisa perpecahan dalam kehidupan bersama.

Kedua Ada ungkapan yang cukup populer di masyarakat Ngada terkait dengan Jaran yakni moe jara nga ngaba (seperti kuda yang mengamati-amati jurang).

Hal ini sesungguhnya bermakna agar manusia, terutama mereka yang mewarisi dan menghuni Sa'o ngaza (rumah adat), agar selalu berlaku bijaksana dan membuat pertimbangan yang matang sebelum melakukan hal-hal yang penting.

Kecerobohan berkonsekuensi pada kehancuran total, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi seluruh komunitas suku dan keluarga. Setiap orang mesti menjadi pemimpin yang bijaksana bagi dirinya sendiri.

Halaman:

Editor: Frids Wawo Lado

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Ensiklopedi Manggarai (Kata Pengantar)

Kamis, 22 Juni 2023 | 15:37 WIB

Ini Makna Kain Adat Malaka ‘Tais Marobo’

Selasa, 20 Juni 2023 | 08:59 WIB

Generasi Muda: Generasi Cinta Budaya

Jumat, 18 Maret 2022 | 02:22 WIB

LP2M Undana Gelar Seminar Dekonstruksi Nilai Hel Keta

Selasa, 22 Februari 2022 | 05:31 WIB
X