SUARA PEMBACA, suluhdesa.com | Setiap orang pasti selalu menginginkan agar hidupnya layak, nyaman serta aman. Berbagai tahapan perjuangan akan ditempuh demi mewujudkan harapan tersebut.
Namun kadang tidaklah semuda membalikan telapak tangan. Beragam tantangan selalu menghadang walau sekuat apapun upaya dan semangat yang disertai berbagai cara, kadang hanyalah isapan jempol kosong bersama sederetan kekecewaan yang ditemui.
Itulah nasib guru honorer di NTT yang ibarat sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Setelah sekian lama tahun mengabdi dengan penuh ketulusan, pengorbanan yang sangat luar biasa walau imbalan jasa (gaji) yang didapatkan tidak sebanding dengan dengan dedikasi. Hanyalah Rp150.000 - Rp 300.000/bulan yang kadang hingga hitungan 6 bulan baru dibayarkan.
Sungguh nasib guru honorer sangat memprihatikan, sampai sampai kadang ada yang sepatunya telah terabik, kaus kakinya telah keloloran, pakaian dinas gurunya telah kusam, jalan kaki berkilo-kilo pada medan yang tidak bersahabat, sarana prasarana sekolah yang tidak memadai.
Dibarengi lagi dengan berbagai tuntutan dari para pemangku kebijakan berlabel aturan; waktu, administrasi, disiplin, mutu pendidikan selalu ditekankan tanpa pertimbangkan kondisi real dari sang guru.
Tuntutan wajib dilaksanakan guru namun nasibnya tidaklah maksimal diperhatikan.
Hembusan angin segar datang sebagai pemanis bibir bahwa ada program pengangkatan guru honerer melalui jalur P3K.
Namun lagi-lagi ada apa di sana ? Tak semudah yang dipikirkan jurusnya. Berbagai persyaratan bermunculan sebagai syarat mutlak yang tidak boleh diganggu gugat.
Segumpal lapisan persyaratannya. Lagi-lagi sang guru harus berjuang dengan segala keterbatasannya harus mengurus berbagai berkas. Tantangan kondisi geografis, finansial, tenaga, waktu, kemampuan untuk mengakses informasi, mengisi data serta persiapan diri demi mengikuti test, materi test yang sangat sulit, passing grade yang sangat tinggi.
Jadilah semakin rumit. Sulit semakin sulit. Susah semakin susah. Jatuh semakin jatuh. Tertendes tangga semakin berulang ulang.
Sungguh malang nasib guru tak seindah indah pengabdiannya yang tulus nan mulia demi harkat martabat anak bangsa, anak manusia. Sudah selesaikan perjuangan guru honorer setelah lulus passing grade?? Garis hitam kelam tetap membujur jauh dalam penantian.
Ada yang telah lolos passing grade "ketiadaan formasi" sesuai statemen yang sangat sangat kontradiktif dengan real condition.
Pada berbagai jenjang pendidikan di Provinsi NTT masih sangat sangat kekurangan tenaga guru. Namun mengapa tidak ada formasi?? Pada tataran ini nasib guru semakin terpojok bersama litani panjang.
Lebih tragis dan fatal lagi bagi guru honorer yang lulus P3K tahun 2021, SK nya tidak pernah muncul muncul. Apakah sedang kandas di puncak gunung Himalaya ataukah masih dicetak di dasar samudra Atlantik?
Artikel Terkait
Pengumuman Hasil Seleksi Rekrutmen PPPK Guru Tahun 2022 Dibuka Hari Ini, Simak Jadwal Dan Besaran Gajinya
Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi Jadi Kebijakan Masuk Sekolah Terpagi Di Dunia, Gaji Guru Dan IPM NTT Rendah
Beny Mauko: Gubernur Sebaiknya Urus Sarana Sekolah Dan Gaji Guru Yang Belum Layak Daripada Urus Jam Sekolah
Viral! Guru Perempuan Tampar Siswa Di Kelas, Siswa Gantung Diri Dan Alasannya Ditemukan Dalam Surat Wasiatnya
Miris! Guru SD di Wonogori Hamili Siswi SMP, Awalnya Mencarikan Korban Pekerjaan
Pemprov NTT Belum Mendapat Informasi Dari Pemerintah Pusat Terkait Tenaga PPPK Guru Yang Lulus
Dua Guru Cabuli 24 Santri di Padang, Sekjen PBNU Himbau Selektif Memilih Pesantren
Rektor Undana Raih Guru Besar, Wagub NTT : Profesor Adalah Sebuah Kehormatan Sebagai Pendidik
Plt Sekda NTT: Administrasi Guru P3K SMA/SMK Tahap I dan II Sudah Selesai, Tahap III Menunggu Pengumuman Pusat
Mimpi Buruk Guru Honorer Di NTT, Pemerintah Justeru Sibuk Dengan Masuk Sekolah Jam 5.30 Pagi