• Selasa, 26 September 2023

Kekerasan Yang Menular (Petrus dan Teori Mimetik)

- Kamis, 6 April 2023 | 12:05 WIB
Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. (Ilustrasi)
Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. (Ilustrasi)

"Lalu pertanyaannya adalah apakah Petrus itu seorang yang lemah dan penakut? Jika Petrus itu seseorang yang “cepat kena mental” menurut bahasa gaul kita, lalu mengapa ia begitu berani mencabut pedang dan memotong hamba Imam Agung yang ikut serta dalam suatu rombongan besar, gabungan satu pasukan bersenjata lengkap dan disertai para imam-imam kepala dan orang-orang Farisi?"

 

Penulis: Sintus Runesi (Tugas Di Seminari St. Rafael Oepoi Kupang)


suluhdesa.com | Setiap kali memasuki pekan suci, kita selalu berjumpa kembali dengan beberapa karakter dalam kisah sengsara: para wanita yang menangis, Pilatus yang mencuci tangan, Yudas dengan tiga puluh keping perak, penyamun yang meminta supaya diingat, dan juga Petrus yang menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok.

Dari karakter-karakter ini, selalu ada hal yang bisa kita pelajari bagi diri kita sendiri maupun bagi kehidupan kita sebagai komunitas berelasional. Di sini saya ingin mengajak pembaca untuk mencoba belajar beberapa hal kecil dari Petrus.

Menurut Rene Girard, Petrus merupakan contoh paling spektakuler dari apa yang disebutnya sebagai penularan mimetis.

Baca Juga: Perayaan Kamis Putih Melibatkan Doa dan Prosesi, Berikut 5 Cara Unik di Berbagai Negara Merayakannya

Dalam bukunya I See Satan Fall Like Lightning (2001), Girard menyatakan bahwa kalau kita melihat penyangkalan Petrus sebagai suatu kesalahan, kelemahan atau ketakutan pribadi, maka kita akan cenderung untuk berpikir bahwa kita akan melakukan hal yang berbeda seandainya kita juga berada pada posisi Petrus saat itu.

Hal ini, berasal dari asumsi serta tendensi sosial bahwa setiap orang punya kekuatan diri, yang akan menentukan cara kita merespon suatu masalah, dan bahwa kalau kita termasuk dalam suatu kerumunan massa, kita dapat memisahkan diri dari kerumunan tersebut dan melakukan tindakan yang berbeda.

Asumsi dan tendensi ini mendorong kita untuk melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Petrus itu berasal dari kelemahan dirinya. Pemahaman yang umumnya atas penyangkalan Petrus adalah bahwa dia itu seorang penakut.

Misalnya, St. Agustinus dalam salah satu homilinya (Sermon 296) menyatakan bahwa Petrus adalah seseorang yang berjanji bahwa ia siap untuk mati bagi Yesus (die for Jesus), tetapi takut mati bersama Yesus (die with Him).

Petrus, menurut St. Agustinus adalah pencinta atau pengagum sekaligus penolak dan penyangkal Yesus.

Petrus adalah seorang yang sebelumnya berjalan di atas air tetapi pada moment berikutnya tenggelam karena kurang percaya, seorang yang disebut batu karang, dan melaluinya Bapa berbicara, tetapi pada momen berikutnya dihardik sebagai iblis.

Petrus adalah seorang yang kepadanya Paulus pergi setelah pertobatannya, tetapi yang kepadanya juga Paulus mengkritik sikap munafiknya.

Halaman:

Editor: Frids Wawo Lado

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menyembuhkan Luka lewat Cinta

Selasa, 19 September 2023 | 12:01 WIB
X