• Selasa, 26 September 2023

Selamat Jalan Sang Pengganggu (Eulogi Pater George Kirchberger, SVD)

- Senin, 5 Juni 2023 | 21:58 WIB
Pater George Kirchberger, SVD (Istimewa)
Pater George Kirchberger, SVD (Istimewa)

HUMANIORA, suluhdesa.com | Berita wafatnya Pater George Kirchberger, SVD cukup mengejutkan. Hari ini pukul 19.44 (Senin 5 Juni 2023) sang teolog itu pergi. Artinya hanya setahun setelah meninggalnya P. John Prior, SVD yang meninggal 2 Juli 2022. Artinya dalam waktu yang relatif singkat, dua misionaris ‘pengganggu’ itu telah pergi.

Tentang Kirch, saat masuk di Ledalero saya merasa ‘aneh’ dengan tindakannya. Saat itu Ledalero menjadi simbol keunggulan dan kelebihan serta mungkin juga kesombongan intelektual, Kirch memilih meminggir. Yang dia lakukan justru tinggal bersama mahasiswa ‘ekstern’, istilah mereka yang telah menanggalkan jubah tetapi masih mau menyelesaikan Sarjananya di Ledalero.

Dengan tinggal Wisma Agustinus, Kirch seakan menertawakan keangkuhan Ledalero yang tinggal bak dalam Menara Gading. Padahal di antara mereka ada kaum 'anawim' orang kecil yaitu mahasiswa yang karena tidak jadi frater lagi menjadi seperti kelopok pinggiran.

Baca Juga: UTA TABHA From Bajawa East Nusa Tenggara, Taste New Things When You Travel

Kirch memilih tinggal dengan mereka yang tentu hidupnya serba kekurangan dan membantu sebisanya. Pasalnya, meski kuliah tidak terlalu mahal, tetapi para mahasiswa ekstern itu tentu menanggung banyak biaya. Sewaktu masih menjadi frater banyak memperoleh ‘rantangan’ (alias dukungan) tetapi setelah itu banyak ‘rintangan’.

Di situlah Kirch tidak saja menghibur tetapi tinggal mereka. Ia turun dari ‘bukit matahari’ itu dan tinggal di Lereng bukit alias Wairpelit. Itulah Kirch dengan keasksian hidupnya.

Itu yang dilakukan Kirch secara konsisten. Apa yang dibut secara konsisten itu akhirnya perlahan tapi pasti diikuti oleh komunitas Ledalero. Terima kasih atas ‘gempa’ 1992, ‘keagungan’ Ledalero itu mulai terbongkar. Justru tempat di mana mahasiswa ekstern tinggal itu akhirnya menjadi tempat unit-unit Ledalero. Kirch kemudian pindah ke komunitas Nitapleat bersama para frater yagn mulai ‘mengunit’ di tengah umat. Itu semua tidak bisa dipisahkan dari inspirasi Kirch yang ‘mengumat’ dalam diam.

Dalam sebuah pembicaraan dengan Pater John Prior SVD dan Kirchberger, saya akhirnya mendapatkan penjelasan yang cukup mengherankan. Dua misionaris ‘asing’ itu diutus ke komunitas pembinaan terbesar di dunia itu untuk mengganggu kenayamanan. Ya, mereka sebagai pengganggu.

Yang disebut pengganggu karena pendidikan filsafat dan status baru sebagai biarawan telah membuat banyak orang ‘lupa akan akar’ darimana mereka berasal. Mereka yang berasal dari kampung kemudian mengambil status baru yang kerap kontradiktoris.

Kirch dan Prior justru hadir dengan kesaksian hidup yang berseberangan. Keduanya yang berasal dari negara yang kaya dan hidup berkecukupan justru ‘mengumat’. Mereka menertawakan keanehan hidup para frater dan imam yang telah memperoleh ‘kasta’ baru setelah menjadi biarawan.

Bersama Prior, keduanya ‘mengganggu’ dengan cara yang unik. John Prior tentu dengan pikiran-pikirannya yang cukup kontroversial. Ia banyak kali mengganggu kekakuan berteologi dan terutama mengganggu orang yang hanya mau menjaga kemurnian doktrin. Prior justru mengganggu dengan caranya yang sangat membuat banyak orang tidak nyaman.

Kircberger menjadi orang yang mengganggu orang dengan  mempraksiskan apa yang disebut teologi. Saya ingat saat di semesnter 2 kalau tidak salah, saat mengajar Patrologi, saya merasa sangat terkesan dengan penjelasannya. Pada jam istirahat saya langsung mencari buku Patrologi yang bercover agak coklat tua.

Di saaat-saat itu saya ingat ada sebuah pertanyaan tentang pola pemilihan para uskup. Saya ingat pertanyaan ini saya ajukan kepadanya: Apakah pemilihan para uskup juga berkaitan dengan orang yang biasa protes dan sengaja diberi tugas sebagai uskup supaya ‘diam’.

Ia menjawab bahwa tidak demikian. Tetapi hal itu menjadi diskusi saat ia menjelaskan tentang infabilitas Paus artinya Paus tidak pernah bersalah. Diskusi itu menjadi sangat hangat karena tokoh yang diangkat Kirch waktu itu adalah Hans Küng. Saya bersyukur karena saat berada di madrid, saya hadiri kelasnya Hans Küng yang dulu dikisahkan oleh Kirch itu.

Halaman:

Editor: Frids Wawo Lado

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menyembuhkan Luka lewat Cinta

Selasa, 19 September 2023 | 12:01 WIB
X