Hidup Dalam Komunitas Katolik, Ini Yang Dialami Panusu Yang Muslim

- Minggu, 29 Januari 2023 | 07:54 WIB
Kisah Panusu yang muslim dirawat Suster Virgual (suluhdesa.com)
Kisah Panusu yang muslim dirawat Suster Virgual (suluhdesa.com)

HUMANIORA, suluhdesa.com –  Panusu, nama pemuda asal Kajuan, Bone, Makasar. Ia memiliki kisah unik ketika dirawat oleh Suster Virgula SSpS, seorang biarawati Katolik, kemudian menjadi anggota komunitas Katolik tetapi ia tetap menjadi seorang Muslim yang taat.

Baik Panusu maupun Suster Virgula telah menghadap Sang Khalik, namun kisah mereka masih hidup dan menjadi sumber inspirasi bagi kita.

Seperti dikisahkan Panusu dalam buku Ziarah Pembebasan, masa mudanya dilalui di atas kapal barang yang melalang buana ke mana-mana. Saat itu ia berusia 22 tahun.

Kala kapal berlabuh di Tanjung Periok Jakarta, muncul bintik-bintik merah di tangan dan badannya serta terasa gatal. Ia  bingung dan tidak mengetahui sakit yang dideritanya. 

Mereka berlayar dari Jakarta menuju Kalimantan. Panusu opname di sebuah Rumah Sakit di Kalimantan. Ia sembuh, lalu Panusu keluar dan ikut kapal lagi.

Tidak lama kemudian muncul bintik-bintik merah, terasa   gatal, tangan bengkak, hitam-hitam di sekujur tubuh. Ia bingung dan ketakutan termasuk orangtuanya.

Pada tahun 1981, saat ia ke Pulau Longos Labuan Bajo Manggarai Barat untuk mencari ikan kering, ia bertemu dengan seorang nelayan dan sempat menceritakan keadaaannya.

Si nelayan itu menganjurkan dia untuk ke Cancar. Ia kemudian ke Cancar dengan seorang  anggota keluarganya.

Sesampai di Cancar baru ia tahu bahwa ia mengidap penyakit kusta. Saat masuk tangannya masih normal tetapi bengkak kemudian pelan-pelan jari-jarinya bengkok.

Pada awalnya selama 2 tahun dia berbaring terus di tempat tidur karena luka-luka bernanah di sekujur tubuhnya. Terasa perih. Ia harus berbaring beralaskan daun pisang. Saat mandi dan dibersihkan, gumpalan-gumpalan daging berjatuhan. Dalam waktu yang cukup lama ia hanya dibolehkan makan wortel yang diparut oleh Suster Virgula sendiri.

“Saya sangat menderita dan rasanya lebih baik  mati saja”, tutur Panusu mengenang seperti dilansir dari buku Suara Pembebasan.

Tetapi Suster Virgula selalu datang dan menghibur. Sambil membalut luka-lukanya.

Sr Virgula SDpS (3 September1929- 27 Juli 2022)
Sr Virgula SDpS (3 September1929- 27 Juli 2022)
Suster Virgula menceritakan kisah masa lalunya termasuk tentang pacarnya yang meninggal dalam kecelakaan mobil setelah kunjungannya yang terakhir saat Virgula sudah menjadi biarawati.

Saat mengobati pasien, Suster Virgula tidak menyimpan obat, perban, gunting dan lain-lain di atas meja tetapi meletakannya  di pangkuan paha.

“Saya merasa, ia mau menyatakan bahwa ia sangat menghargai kita”, tutur Panusu polos.

Halaman:

Editor: Giorgio Babo Moggi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Renungan Indonesia: Makna Intelijen Negara

Senin, 6 Maret 2023 | 09:28 WIB

Pada Kasus Dugaan Bunuh Diri, Wartawan Buat Apa?

Sabtu, 18 Februari 2023 | 06:46 WIB
X