Penemuan 90 Jenazah: Pemimpin Sekte Kristen di Kenya Dihadapkan pada Tuntutan Hukum

- Minggu, 30 April 2023 | 14:46 WIB
Penemuan 90 Jenazah: Pemimpin Sekte Kristen di Kenya Dihadapkan pada Tuntutan Hukum (Foto: BBC News Indonesia)
Penemuan 90 Jenazah: Pemimpin Sekte Kristen di Kenya Dihadapkan pada Tuntutan Hukum (Foto: BBC News Indonesia)

INTERNASIONAL, suluhdesa.com | Pendeta Paul Nthenge Mackenzie, pemimpin sekte Kristen di Kenya, dijadwalkan hadir di pengadilan pekan depan atas penemuan 90 jenazah di tanah miliknya.

Pria ini mengklaim telah menutup gerejanya pada 2019 setelah beroperasi selama hampir dua dekade.

Namun dilaporkan, BBC temukan ratusan khotbahnya yang berseliweran di internet, beberapa kotbah di antaranya direkam pasca gereja itu ditutup.

Sekte ini terus bertahan meskipun tanpa adanya gereja fisik. Para pengikutnya, terutama perempuan, sering dipaksa untuk berpuasa dan mengorbankan nyawa mereka sebagai tanda kepatuhan. Di saluran YouTube gerejanya, video-video memperlihatkan anak-anak kecil dan orang dewasa yang 'disiksa' oleh Pendeta Mackenzie untuk membebaskan diri dari roh jahat.

Khotbah-khotbahnya juga mengecam pendidikan formal, mengklaim bahwa hal itu adalah ajaran setan dan digunakan untuk memeras uang. Ia juga mendorong para ibu untuk tidak mencari bantuan medis selama persalinan dan tidak memvaksinasi anak-anak mereka.

Dalam puluhan video yang dilihat BBC, tidak ada bukti bahwa Pendeta Mackenzie secara langsung memerintahkan jemaatnya untuk berpuasa. Akan tetapi, ada banyak perkataan kepada para pengikutnya untuk mengorbankan apa yang mereka sayangi, termasuk nyawa mereka.

Dalam wawancara dengan harian Kenya, Nation, beberapa pekan lalu, Pendeta Mackenzie membantah dirinya memaksa para pengikutnya untuk berpuasa. Ia mengklaim bahwa pendidikan 'tidak diakui dalam Alkitab' dan bahwa orang yang menjual seragam dan menulis buku adalah orang-orang yang memperkaya diri mereka sendiri dengan uang orang miskin.

Namun, para mantan anggota gereja ini bersaksi bahwa mereka dipaksa untuk berpuasa sebagai bagian dari kepatuhan dan bahwa mereka dilarang untuk mencari bantuan medis selama sakit atau persalinan. Mereka juga mengklaim bahwa orang yang tidak tunduk kepada Pendeta Mackenzie akan diusir dari gereja dan dipaksa untuk menjual tanah pertanian mereka.

Kasus ini mencerminkan betapa mudahnya bagi orang-orang yang memiliki pengaruh kuat untuk memanipulasi orang-orang yang berada dalam krisis, dan betapa berbahayanya ketika orang-orang ini menyalahgunakan kepercayaan dan keyakinan mereka untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Semoga keadilan dapat ditegakkan bagi para korban dan mereka yang bersalah mendapatkan hukuman yang setimpal. (*)

Sumber: BBC News Indonesia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun GOOGLE NEWS Suluhdesa.com

Editor: Giorgio Babo Moggi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X