• Rabu, 27 September 2023

Wajah Ganda Tradisi Kawin Tangkap di Pulau Sumba: Pentingnya Evolusi dan Adaptasi Tradisi Seturut Jaman

- Senin, 18 September 2023 | 07:16 WIB
Viral wanita diculik di Sumba untuk dilakukan tradisi Kawin Tangkap atau kawin paksa  ((instagram @nttfolks))
Viral wanita diculik di Sumba untuk dilakukan tradisi Kawin Tangkap atau kawin paksa ((instagram @nttfolks))

Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kekuasaan dan penindasan perempuan di dalam hubungan perkawinan.

Tahap akhir acara kawin tangkap juga melibatkan proses negosiasi mas kawin (dowry).

Meskipun tradisi ini diintegrasikan ke dalam budaya Sumba, seringkali proses ini melibatkan tekanan finansial yang berat bagi pihak laki-laki dan keluarganya.

Hal ini dapat memicu kemiskinan dan kerugian ekonomi yang serius bagi keluarga pengantin pria.

Dalam beberapa kasus, calon pengantin pria terpaksa melakukan tindakan tertentu, termasuk meminjam uang dengan suku bunga tinggi atau melakukan tindakan eksploitasi sumber daya alam, semata-mata untuk memenuhi tuntutan mas kawin.

Baca Juga: Menembus Batas Keindahan: Kampung Adat Ratenggaro dan Tabir Keajaiban di Bibir Muaranya

Ini memiliki dampak jangka panjang bagi ekonomi mereka, serta memberikan tekanan psikologis yang besar pada individu yang terlibat.

Selain itu, tradisi kawin tangkap berpotensi menghambat pembangunan sosial dan ekonomi di Pulau Sumba.

Fokus yang terlalu besar pada pernikahan melalui kawin tangkap dapat mengakibatkan prioritas pendidikan dan kesempatan kerja terabaikan.

Kurangnya aksesibilitas terhadap pendidikan formal dan kesempatan berkarir, terutama bagi perempuan, dapat menyebabkan pembatasan pada potensi individu dan perkembangan komunitas secara keseluruhan.

Baca Juga: Jejak Langkah Frans Wora Hebi Tersembunyi di Balik Catatan Pena

Dalam era globalisasi ini, penting bagi masyarakat di Sumba untuk memperhatikan perubahan sosial yang tumbuh dan mempertimbangkan alternatif yang memungkinkan di dalam pernikahan mereka.

Tradisi kawin tangkap di Pulau Sumba terlihat memiliki wajah ganda.

Di satu sisi, ia memperkuat ikatan sosial dan kultural dalam masyarakat Sumba serta memberikan kebebasan pemilihan pasangan bagi perempuan.

Di sisi lain, tradisi ini juga memiliki konsekuensi negatif seperti pelanggaran hak asasi manusia, ketidakseimbangan ekonomi, dan pembatasan perkembangan sosial.

Halaman:

Editor: Damyan Jr.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Ekspresi Seni: Dari Pinggiran Untuk 101 Tahun Kota Sari

Senin, 18 September 2023 | 07:53 WIB

Rocky, Jokowi Dan Parallax Politis

Jumat, 25 Agustus 2023 | 16:45 WIB

Estetika Paradoks: Membaca Rupa FKIP Undana

Kamis, 10 Agustus 2023 | 14:37 WIB

Rahasia Pengelolaan Dana Desa yang Sukses

Kamis, 27 Juli 2023 | 20:05 WIB

Pentingnya Pembangunan Desa bagi Masyarakat

Kamis, 27 Juli 2023 | 18:49 WIB
X