• Rabu, 27 September 2023

Ekspresi Seni: Dari Pinggiran Untuk 101 Tahun Kota Sari

- Senin, 18 September 2023 | 07:53 WIB
Ilustrasi (Indonews.id)
Ilustrasi (Indonews.id)

Merujuk pada pamikiran dekonstruktifnya, dalam konteks seni, siswa dan siswi yang berada dipinggiran jangan dipandang tidak memiliki rasa estetik.

Baca Juga: Membaca Estetika Berpikir Prof. Roy Nendissa

Sesungguhnya mereka memiliki potensi khas dan daya pikat seni yang kuat.

Khas berdasarkan resepsi yang mereka tangkap dari lingkungannya. Kuat karena mereka belajar dan dibentuk secara alamiah.

Kealamiahan ini membentuk sebuah originalitas estetik.

Estetik yang tidak memiliki tendensius apa pun kecuali sebagai ekspresi dan menuangkan gagasan seni.

Siswa dan siswi di Insana dan Miomaffo Barat misalnya, mereka memiliki kemampuan dan potensi seni.

Mereka memiliki gagasan estetik dan kemampuan pertunjukkan yang dapat diandalkan dan dinikmati.

Baca Juga: Jaab Kunst (1930): Perekam Jejak Estetika Musik Flores

Karena itu, potensi itu  perlu dibongkar.

Dibongkar dengan cara memberi sentuhan melalui kegiatan literasi seni yang muaranya pada pertunjukan.

Untuk membongkar potensi ini tentunya tidak langsung pada pertunjukan di panggung.

Hal pertama adalah melakukan diagnostik dan pemetaan terhadap peminatan seni untuk menghindari keterpaksaan.

Sebab memaksakan seni tertentu terhadap siswa siswi tidak membuhakan hasil yang maksimal.

Kedua, merangsan imajinasi untuk memanggil kembali pengalam estetik.

Halaman:

Editor: Damyan Jr.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Ekspresi Seni: Dari Pinggiran Untuk 101 Tahun Kota Sari

Senin, 18 September 2023 | 07:53 WIB

Rocky, Jokowi Dan Parallax Politis

Jumat, 25 Agustus 2023 | 16:45 WIB

Estetika Paradoks: Membaca Rupa FKIP Undana

Kamis, 10 Agustus 2023 | 14:37 WIB

Rahasia Pengelolaan Dana Desa yang Sukses

Kamis, 27 Juli 2023 | 20:05 WIB

Pentingnya Pembangunan Desa bagi Masyarakat

Kamis, 27 Juli 2023 | 18:49 WIB
X