Penulis: Isidorus Lilijawa (Penulis Buku Mengapa Takut Berpolitik)
suluhdesa.com | Saat ini kita sedang berada di gerbong tahun politik. Aneka praksis politik sudah tersaji di hadapan kita. Politik sebagai seni memang selalu menarik. Lihat saja manuver partai politik dan para aktor politik di hari-hari ini. Kue kekuasaan itu nikmat.
Itulah alasan mengapa banyak yang memburu kenikmatan tersebut. Bahkan perburuan itu acapkali meninggalkan adab politik dan menanggalkan rambu-rambu etis moral. Dalam konteks maca mini, kita perlu melihat politik dari sisi pengakuan politik dan politik pengakuan.
Konsepsi Taylor
Referensi saya soal politik pengakuan adalah filsuf Charles Taylor, yang berasal dari Kanada, yakni kota Montreal, Quebec.
Baca Juga: Rayakan HUT ke-49, DPW PPNI NTT Gelar Webinar Tentang Profesionalisme dan Kesejahteraan Perawat
Taylor menjelaskan konsep politik pengakuannya dengan bertolak dari perjuangan kelompok orang berbahasa Prancis di Provinsi Quebec untuk mempertahankan identitas kulturalnya.
Tujuan perjuangan warga Quebec adalah untuk melindungi budaya minoritas berbahasa Prancis yang terancam punah di bawah hegemoni budaya berbahasa Inggris di Amerika Utara.
Dengan mengacu pada perjuangan masyarakat Quebec, Taylor menegaskan pentingnya memberikan pengakuan terhadap keunikan dan perbedaan yang dimiliki oleh suatu kelompok tertentu.
Pengakuan yang kita berikan dapat menjadi jaminan bagi suatu kelompok tertentu untuk tetap mempertahankan identitasnya. Tesis Taylor menggarisbawahi konsep antropologisnya bahwa pengakuan merupakan kebutuhan vital manusia. Ketiadaan pengakuan tidak saja menunjukkan ketiadaan penghormatan melainkan menciptakan luka yang mendalam dalam diri manusia.
Dalam konsep politik pengakuan, politik adalah ruang yang demokratis, yang memancarkan optimisme tentang kehidupan bersama secara damai, adil, rukun dan saling menghargai.
Dalam ruang politik macam ini, perbedaan identitas, kultur, bahasa, dll adalah kekayaan yang mesti dijaga dan dirawat. Politik pengakuan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk bertumbuh dan mengaktualisasikan dirinya tanpa ada batasan dan tekanan yang terstruktur.
Politik pengakuan adalah vitamin bagi dunia saat ini yang cenderung melihat perbedaan identitas sebagai tantangan, halangan dan karena itu cenderung memainkan politik identitas demi penyeragaman lalu menganggap yang lain sebagai inferior, the second class.
Artikel Terkait
Jurnalis Tak Dilarang Punya Pilihan Politik, Begini Tips Dari CEO ProMedia
Temui Pemimpin Politik dan Pemerintahan Australia, Ini yang Dilakukan AHY
Kedatangan AHY ke NTT Sebagai Konsolidasi Politik Kemenangan
Partai Demokrat Raih Hattrick Predikat Partai Politik Informatif dari KIP-RI
AHY Contohkan SBY dan Sjachroedin ZP yang Berbeda Warna Politik Tapi Tidak Mengurangi Persahabatan
Gubernur Minta AIPI Desain Model Politik Khas NTT
Dana Tower BTS BAKTI Untuk Adik Menkominfo Johnny G Plate Bukan Gratifikasi, Penuh Anyir Politik