• Rabu, 27 September 2023

Politik Pengakuan: Viralisasi Digemari Politisi, Membesar-besarkan Yang Kecil Seolah-olah Luar Biasa

- Jumat, 17 Maret 2023 | 07:11 WIB
Isidorus Lilijawa (Alumnus Seminari Tinggi Ledalero – Flores)
Isidorus Lilijawa (Alumnus Seminari Tinggi Ledalero – Flores)

 

Penulis: Isidorus Lilijawa (Penulis Buku Mengapa Takut Berpolitik)


 

suluhdesa.com | Saat ini kita sedang berada di gerbong tahun politik. Aneka praksis politik sudah tersaji di hadapan kita. Politik sebagai seni memang selalu menarik. Lihat saja manuver partai politik dan para aktor politik di hari-hari ini. Kue kekuasaan itu nikmat.

Itulah alasan mengapa banyak yang memburu kenikmatan tersebut. Bahkan perburuan itu acapkali meninggalkan adab politik dan menanggalkan rambu-rambu etis moral. Dalam konteks maca mini, kita perlu melihat politik dari sisi pengakuan politik dan politik pengakuan.

Konsepsi Taylor

Referensi saya soal politik pengakuan adalah filsuf Charles Taylor, yang berasal dari Kanada, yakni kota Montreal, Quebec.

Baca Juga: Rayakan HUT ke-49, DPW PPNI NTT Gelar Webinar Tentang Profesionalisme dan Kesejahteraan Perawat

Taylor menjelaskan konsep politik pengakuannya dengan bertolak dari perjuangan kelompok orang berbahasa Prancis di Provinsi Quebec untuk mempertahankan identitas kulturalnya.

Tujuan perjuangan warga Quebec adalah untuk melindungi budaya minoritas berbahasa Prancis yang terancam punah di bawah hegemoni budaya berbahasa Inggris di Amerika Utara.

Dengan mengacu pada perjuangan masyarakat Quebec, Taylor menegaskan pentingnya memberikan pengakuan terhadap keunikan dan perbedaan yang dimiliki oleh suatu kelompok tertentu.

Pengakuan yang kita berikan dapat menjadi jaminan bagi suatu kelompok tertentu untuk tetap mempertahankan identitasnya. Tesis Taylor menggarisbawahi konsep antropologisnya bahwa pengakuan merupakan kebutuhan vital manusia. Ketiadaan pengakuan tidak saja menunjukkan ketiadaan penghormatan melainkan menciptakan luka yang mendalam dalam diri manusia.  

Dalam konsep politik pengakuan, politik adalah ruang yang demokratis, yang memancarkan optimisme tentang kehidupan bersama secara damai, adil, rukun dan saling menghargai.

Dalam ruang politik macam ini, perbedaan identitas, kultur, bahasa, dll adalah kekayaan yang mesti dijaga dan dirawat. Politik pengakuan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk bertumbuh dan mengaktualisasikan dirinya tanpa ada batasan dan tekanan yang terstruktur.

Politik pengakuan adalah vitamin bagi dunia saat ini yang cenderung melihat perbedaan identitas sebagai tantangan, halangan dan karena itu cenderung memainkan politik identitas demi penyeragaman lalu menganggap yang lain sebagai inferior, the second class.

Halaman:

Editor: Frids Wawo Lado

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Ekspresi Seni: Dari Pinggiran Untuk 101 Tahun Kota Sari

Senin, 18 September 2023 | 07:53 WIB

Rocky, Jokowi Dan Parallax Politis

Jumat, 25 Agustus 2023 | 16:45 WIB

Estetika Paradoks: Membaca Rupa FKIP Undana

Kamis, 10 Agustus 2023 | 14:37 WIB

Rahasia Pengelolaan Dana Desa yang Sukses

Kamis, 27 Juli 2023 | 20:05 WIB

Pentingnya Pembangunan Desa bagi Masyarakat

Kamis, 27 Juli 2023 | 18:49 WIB
X