• Selasa, 26 September 2023

Pantang Kekerasan Adalah Model Dan Modal Etis Bagi Sebuah Kepemimpinan

- Jumat, 23 Juni 2023 | 07:17 WIB
Retno Maku (Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang). (Dokpri)
Retno Maku (Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang). (Dokpri)

Dalam opini ini penulis berusaha menyajikan ide pokok Mahatma Gandhi tentang “pantang kekerasan” yang termuat dalam Satyagraha dalam melawan kekerasan. Konsep Satyagraha berasal dari dua suku kata yakni Satya yang berarti “kebenaran” dan Graha yang memiliki “kekuatan”.

Penulis: Retno Maku (Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang)


SuluhDesa.com | Pada hakikatnya manusia tidak pernah hidup sendirian. Manusia selalu hidup bersama dengan yang lain. Hidup bersama dengan yang lain bukan hidup berdasarkan pola hidup naluri semata, seperti yang terjadi pada pola hidup semut.

Hidup manusia bersama dengan yang lain akan menjadi berkembang ketika manusia itu hidup tidak berdasarkan pola naluri semata, tetapi harus diperjuangkan kembali.

Manusia baru dikatakan sebagai manusia apabila ia mampu untuk hidup bersama dengan yang lain. Hidup manusia dalam kebersamaan dengan yang lain tentu tidak pernah luput dari tantangan.

Baca Juga: Kapal Selam Mewah Titanic Hilang Bersama Milarder Di Dasar Samudra Atlantik Memasuki Fase Kritis Dan Bahaya

Ada sebagian manusia yang hidupnya mendukung satu sama lain. Ada pula segelintir manusia yang hanya tahu menghancurkan kehidupan bersama, tetapi sulit untuk menata kembali kehidupan bersama yang telah hancur itu.

Konsekuensinya ialah bahwa hidup manusia akan menjadi hancur ketika tidak bertanggung jawab dan tidak mengembangkan sikap etis manusia itu sendiri.

Oleh karena itu hidup bersama dengan yang lain menuntut manusia untuk lebih bertanggungjawab atas keberadaan yang lain dan hidupnya. Manusia baru dikatakan sebagai manusia bukan hanya karena ia ada bersama dengan lain, tetapi punya tanggung jawab etis dalam kebersamaan dengan yang lain.

Tanggung jawab etis yang mesti dilakukan oleh manusia ialah bahwa manusia mesti memiliki etika kepedulian (ethics of care) terhadap penderitaan yang dialami oleh sesama. Tanggung jawab etis serta kepedulian tidak hanya dilakukan oleh satu pihak, tetapi mesti dilakukan oleh kedua-duanya dalam kebersamaan dengan yang lain.  

Dalam opini ini penulis berusaha menyajikan ide pokok Mahatma Gandhi tentang “pantang kekerasan” yang termuat dalam Satyagraha dalam melawan kekerasan. Konsep Satyagraha berasal dari dua suku kata yakni Satya yang berarti “kebenaran” dan Graha yang memiliki “kekuatan”.

Konsep ini terletak pada penegasan militan atas sifat perikemanusiaan dari semua kelompok manusia, termasuk musuh. Aspek “kebenaran” ini terdapat pada usaha untuk membangkitkan sikap jujur dalam diri kedua seteru dalam perselisihan.

Setiap bentuk kekerasan yang merugikan orang lain dilarang keras dan mengajak kita manusia untuk berani mengambil satu pilihan untuk melibatkan diri berdasarkan sikap dasar etis saling menghormati sehingga dalam kesadaran, lawan sekalipun adalah seorang manusia.

Bertindak etis ialah tindakan yang benar dan adil karena tidak merugikan kelompok manapun selama berlangsungnya sebuah perselisihan.

Halaman:

Editor: Idus Walanatu

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Ekspresi Seni: Dari Pinggiran Untuk 101 Tahun Kota Sari

Senin, 18 September 2023 | 07:53 WIB

Rocky, Jokowi Dan Parallax Politis

Jumat, 25 Agustus 2023 | 16:45 WIB

Estetika Paradoks: Membaca Rupa FKIP Undana

Kamis, 10 Agustus 2023 | 14:37 WIB

Rahasia Pengelolaan Dana Desa yang Sukses

Kamis, 27 Juli 2023 | 20:05 WIB

Pentingnya Pembangunan Desa bagi Masyarakat

Kamis, 27 Juli 2023 | 18:49 WIB
X