• Selasa, 26 September 2023

Estetika Paradoks: Membaca Rupa FKIP Undana

- Kamis, 10 Agustus 2023 | 14:37 WIB
Estetika Paradoks (Suluhdesa.com)
Estetika Paradoks (Suluhdesa.com)

SULUHDESA.COM | Berita di media online ini juga sebagai bentuk paradoksnya sebuah lembaga pendidikan tinggi. Satu sisi FKIP sebagai lembaga yang mencetak calon guru seharusnya menjadi contoh baik dalam proses demokrasi yang dielektis. Sisi yang lain, FKIP tidak hanya memiliki kemampuan dalam mengajar dan mendidik calon guru. Akan tetapi, juga mampu bermenuver untuk memenangkan pertarungan dalam dunia politik secara etis dan kritis.

Oleh:

Karolus Budiman Jama

Dosen Seni Undana dan Koordinator Prodi S-2 Ilmu Linguistik PPs Undana

 

Estetika Paradoks: Membaca Rupa FKIP

Estetika paradoks berangkat dari cara berpikir yang berbeda. Yakob Sumardjo (2014) seorang budayawan, filsuf, dan kritikus seni mengatakan setiap manusia memiliki kemampuan menangkap realitasnya sendiri.

Realitas ini ditangkap secara mendasar, mendalam, meluas dan menyeluruh, dengan suatu konstruksi pikiran tertentu. Inti dari estetika paradoks adalah pluralitas. Dalam bacaan cultural studies tidak ada kebenaran mutlak/tunggal termasuk melihat objek seni. Kebenaran itu selalu relatif bergantung cara ia melihat realitas.

Bersumber dari cara berpikir inilah setiap karya seni tidak ada yang lebih bagus dari yang lain. Keindahan itu menjadi subjektif dan sangat bergantung pada selera penikmat. Implikasi dari cara pandang berbeda terhadap sebuah objek seni adalah terjadi paradoks. Inilah yang disebut sebagai estetika paradoks.

Cara pandang di atas menjadi dasar dalam membaca rupa FKIP Undana dalam perjalanan selama 61 tahun ini. Sedikit kembali ke sejarah Undana. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) merupakan salah satu fakultas dari empat fakultas awal sejak Universitas Nusa Cendana (Undana) didirikan.

FKIP di bawah naungan Undana adalah angin segar bagi Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fakultas ini tentu akan menjadi tiang yang kokoh dalam membentuk peradaban manusia Indonesia dari Nusa Tenggara Timur. Harapan terbesar adalah bukan (N) nanti Tuhan (T) tolong apalagi (N) nasib  (T) tidak (T) tentu. Melainkan, dari daerah ini melalui FKIP Undana melahirkan pendidik, pemikir, dan penggerak kemajuan bangsa yang berciri Nusa Tenggara Timur.  

Membacaa rupa FKIP Undana, saya memulainya dari bendera FKIP.  Pertama, warna bendera FKIP Undana “kuning”. Dalam bacaan saya, warna  simbol  kemegahan, harapan, dan kecemerlangan. Hal ini sesuai dengan karakteristik warna kuning terdapat kecerahan, terang yang mengandung arti mencerdaskan.

Sesuatu yang megah dan  mencerdaskan tentu terlihat pada bangunan fisiknya. Saat ini FKIP perlahan mendandani lingkungan fisik lebih seksi. Namun, kemegahan fisik FKIP  Undana yang megah dari luar itu harus diimbangi dengan tugasnya sebagai lembaga yang mencerdaskan anak bangsa yang menuntut ilmu di lembaga ini. Estetika fisik bukan saja pemenuhan.  Misalnya, pemenuhan kebutuhan ruang kerja yang nyaman bagi dosen. Penataan yang estetik untuk meningkatkan kualitas kerja dalam melayani mahasiswa.

Sesungguhnya sangat diperlukan ruang baca, ruang diskusi yang kondusif, dan ruang ekspresi seni bagi mahasiswa. Ruang-ruang ini adalah ciri khas sebuah lembaga akademik untuk membangun iklim akademik. Dan barangkali dapat memicu meningkatnya status akreditasi setiap prodi yang ada di FKIP Undana.

Bendera sebagai simbol kecerdasan terwujud dalam relasi harmonis antara seluruh civitas akademika (mahasiswa, clearning service, dosen, tendik, dan pimpinan fakultas) yang saling menggenapi dan saling mendukung untuk membangun kualitas lulusan. Warna kuning yang mencerdaskan justru  dapat menghapus atau menghilangkan intrik etonsentris yang justru menyusutkan nilai ilmiah satu lembaga.

Halaman:

Editor: Tressevera Djawati

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Ekspresi Seni: Dari Pinggiran Untuk 101 Tahun Kota Sari

Senin, 18 September 2023 | 07:53 WIB

Rocky, Jokowi Dan Parallax Politis

Jumat, 25 Agustus 2023 | 16:45 WIB

Estetika Paradoks: Membaca Rupa FKIP Undana

Kamis, 10 Agustus 2023 | 14:37 WIB

Rahasia Pengelolaan Dana Desa yang Sukses

Kamis, 27 Juli 2023 | 20:05 WIB

Pentingnya Pembangunan Desa bagi Masyarakat

Kamis, 27 Juli 2023 | 18:49 WIB
X