Pemimpin Harus Objektif Agar Tidak Menimbulkan Gosip Miring

- Minggu, 27 Februari 2022 | 16:51 WIB
SULUH DESA
SULUH DESA

Pemimpin harus objektif dalam memberikan penghargaan, agar tidak menimbulkan gosip miring atau kecemburuan di antara para staf, serta konstituen/akar rumput. Pemimpin adalah komandan tim, maka Pemimpin mempunyai hak atau kuasa untuk menentukan anggota tim anda. Mengatur orang banyak memang tidak mudah. Setiap orang memiliki pola pikir dan karakternya masing-masing. Perbedaan ini tidak jarang dapat menimbulkan fraksi di dalam tim, dan masyarakat.
 

Penulis: Oktovianus Seran S.IP., M.Si

  OPINI, suluhdesa.com | Etika politik adalah praktik pemberian nilai terhadap tindakan politik dengan berlandaskan kepada etika. Etika sendiri sering disamakan dengan moral. Sebenarnya etika merupakan cabang dari filsafat yang di dalamnya mencakup filsafat moral atau pembenaran-pembenaran filosofis. Etika dan moral memiliki perbedaan dari segi perspektif dan esensi pengertiannya. Moral merupakan ajaran tentang perilaku baik dan buruk yang berperan sebagai panduan bertindak manusia. Sementara etika adalah cabang filsafat yang menyoroti, menganalisis dan mengevaluasi ajaran-ajaran tersebut, tanpa perlu mengajukan sendiri tentang ajaran yang baik dan buruk. Kajian etika politik melingkupi filsafat dan etika. Tindakan politik di dalam etika politik dinilai menggunakan filsafat politik dengan berdasarkan pada kebaikan dan keburukan yang ditimbulkannya. Etika politik merupakan salah satu jenis dari etika sosial. Fungsi dari etika politik adalah sebagai salah satu pengatur keseimbangan di dalam pemisahaan kekuasaan antara lembaga legislatif dan eksekutif. Etika politik dikatakan mengambil peran dalam budaya politik jika memiliki kemampuan untuk mengendalikan lembaga-lembaga dan mekanisme politik. Manfaat dari etika politik adalah terjaganya pergaulan politik yang bersifat harmonis. Etika politik mutlak diperlukan bagi perkembangan kehidupan berpolitik, karena etika politik merupakan prinsip pedoman dasar yang dijadikan sebagai pondasi pembentukan dan perjalanan roda pemerintahan. Etika politik harus menjadi pedoman utama dengan politik santun, cerdas dan menempatkan bangsa dan negara diatas kepentingan partai dan golongan. Dalam berpolitik pun harus mengedepankan etika dan moral, salah satunya ditandai dengan kedewasaan saat berdialog dan juga dapat menomorduakan kepentingan pribadi atau kelompok. Permasalahan politik terkadang susah dipahami bagi masyarakat umum, sehingga pendidikan politik menjadi hal yang sangat penting. Dengan demikian informasi yang disampaikan kepada masyarakat bersifat positif, berimbang, mengedepankan etika, dan tidak ada dusta. Etika politik bertujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien dan efektif, serta menumbuhkan Suasana Politik yang demokratis, dengan ciri keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan. Selain itu, jujur dalam persaingan kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar serta menjunjung tinggi hak asasi manusia maupun keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa. Mudah-mudahan kita semua dapat melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi, loyalitas, dan profesionalitas. Kehadiran kepemimpin saat ini diharapkan mampu memberikan pencerahan terhadap Pembangunan Politik di daerah. Sebagaimana harapan kita yang sangat besar, bahwa kepemimpinan ini harus sukses, demokratis, aman, untuk mencapai cita-cita secara bersama. Tetapi satu hal yang kadang-kadang kita lupa bahwa tidak saja secara kuantitatif harus aman,  berdemokratis tetapi juga adalah integritas, dan ini merupakan wajah daerah yang berbudaya,di mana kita menginginkan terjadinya habitus politik positif, rekonstruksi politik mengingatkan kita pada bagaimana memperagakan atau mengingatkan kita kembali pada cara para Pemimpin, dan para elit tidak boleh keluar dari rel etika serta moral kepemimpinan, bahwa di pundaknyalah tercantum jalan pencapaian kebenaran dari sebuah proses pelayanan yang baik terhadap rakyat atau konstituen. Kedudukan rekonstruksi politik adalah suatu nilai pembuktian tindakan-tindakan para Pemimpin. Jika Anda ingin dianggap sebagai atasan yang menyenangkan, bukan berarti Anda tidak boleh menggunakan kekuasaan yang anda miliki. Justru dengan kekuasaan ini, anda punya kesempatan untuk menjadi seorang Pemimpin yang keren, yang disegani sekaligus dicintai. Untuk menjadi seorang Pemimpin yang keren, maka kekuasaan tersebut juga harus  digunakan dengan seadil-adilnya. Pemimpin harus objektif dalam memberikan penghargaan, agar tidak menimbulkan gosip miring atau kecemburuan di antara para staf, serta konstituen/akar rumput. Pemimpin adalah komandan tim, maka Pemimpin mempunyai hak atau kuasa untuk menentukan anggota tim anda. Mengatur orang banyak memang tidak mudah. Setiap orang memiliki pola pikir dan karakternya masing-masing. Perbedaan ini tidak jarang dapat menimbulkan fraksi di dalam tim, dan masyarakat. Di saat seperti ini, maka kepiawaian Pemimpin sangat diuji. Pemimpin harus jeli dan berhak untuk melakukan apapun yang dianggap perlu untuk menjaga situasi dalam lingkungan kerja, lingkungan masyarakat agar tercipta situasi yang kondusif, sehingga tidak keluar dari rel kebenaran. Kekuasaan yang dimaksudkan yaitu bagaimana kapasitas satu pihak (agen) untuk memengaruhi pihak lain (target). Seperti yang dikatakan oleh, Kenneth Blanchard: “Saat ini, kunci dari kepemimpinan yang sukses adalah pengaruh, bukan wewenang.” Ia menyebutkan bahwa pengaruh merupakan kunci sukses sebuah kepemimpinan. Memang benar. Apabila kamu ingin menjadi Pemimpin yang hebat, berusahalah menjadi Pemimpin yang memiliki pengaruh yang besar bagi pengikutmu. Hubungan Pemimpin dan kekuasaan adalah ibarat gula dengan manisnya, ibarat garam dengan asinnya. Dua-duanya tak terpisahkan. Kepemimpinan yang efektif (effective leadership) terealisasi pada saat seorang Pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul tidak hanya dari satu sumber, kepemimpinan yang efektif bisa dianalogikan sebagai movement untuk memanfaatkan genesis (asal usul) kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat. Refleksi dari kepemimpinan yang efektif, bertanggungjawab, dan terbalutnya hubungan sinergis antara Pemimpin dengan yang dipimpin. Rekonstruksi etika politik dalam kekuasaan yakni untuk mencegah terjadinya Coercive Power (kekuasaan paksa),agar bisa mendapatkan keseimbangan dan nilai dari Reward Power (kekuasaan penghargaan) seorang nahkoda utama tetap mempertahankan Legitimate Power (kekuasaan sah), yakni kekuasaan yang dimiliki seorang Pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga. (*)

Editor: Suluh Desa

Tags

Terkini

Membaca Kontestasi Dapil 1 NTT Menuju Senayan 2024

Selasa, 21 Maret 2023 | 21:54 WIB

Membaca Estetika Lingkungan di Kota Kupang

Minggu, 12 Maret 2023 | 13:05 WIB
X