Dilahirkan di Rote, Herman Johannes Jadi Ilmuwan dan Pahlawan Nasional

- Rabu, 27 Oktober 2021 | 12:59 WIB
SULUH DESA
SULUH DESA

PROFIL, suluhdesa.com | Prof. DR. Ir. Herman Johannes (1912 – 1992). Herman Johannes dilahirkan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal  28 Mei 1912. Ia menempuh pendidikan setingkat sekolah dasar dan sekolah menengah di Kupang, Makasar dan Jakarta. Karena prestasi belajarnya sangat baik selama di AMS (setingkat SMA), ia mendapat beasiswa untuk mengikuti kuliah di Technische Hogeschool (THS; Sekolah Tinggi Teknik) di Bandung. Kuliah ini tidak dapat diselesaikan pada waktunya, sebab pada waktu Jepang menduduki Indonesia, THS dan beberapa Perguruan Tinggi lain di tutup. Barulah pada tahun 1946 Johannes memperoleh gelar Insinyur. Kegiatan kuliah diselingi Johannes dengan kegiatan organisasi. Bersama beberapa temannya ia mendirikan Timorsche Jongeren yang langsung diketuainya. Organisasi ini kemudian berganti nama menjadi Perserikatan Kebangsaan Timor (PKT) dan bertujuan untuk memajukan masyarakat Timor. Pada masa kuliah ini pula sosok Johannes sebagai Ilmuwan mulai tampak. Ia sering menulis karangan Ilmiah yang mendapat perhatian dan pujian dari kalangan akademis. Karangannya dimuat dalam majalah De Ingenieur in Nederlandsce Indie yang terkenal sangat efektif dan diskriminatif dalam menerbitkan karangan Ilmiah. Riwayat Keluarga Herman Johannes menikah tahun 1955 dengan Annie Marie Gilbertine Amalo (lahir 18 Juni 1927), seorang putri raja di Pulau Rote. Mereka dikaruniai empat anak: Christine yang menikah dengan Dr. Wisnu Susetyo, seorang Wakil Presiden Freeport Indonesia; Henriette yang menikah dengan Robby Mekka, seorang musikus dan dosen musik di Institut Seni Indonesia; Daniel Johannes yang bekerja di Schlumberger Information Solutions; dan Helmi Johannes, seorang presenter berita televisi di VOA. Herman Johannes adalah sepupu Pahlawan Nasional Dr. Wilhelmus Zakaria Johannes. Riwayat Perjuangan Pada bulan – bulan pertama revolusi, Herman Johannes berada di Jakarta. Ia aktif membantu para pejuang menyelamatkan bahan – bahan peledak peninggalan Jepang yang terdapat di beberapa gudang penyimpanan. Ia juga berperan dalam pengambilan bahan peledak di Ciputat, dekat Bandung, dan mengirimkannya sebagian ke Yogyakarta. Pengetahuannya di bidang Fisika dan Kimia dimanfaatkan untuk merakit senjata api, antara lain granat. Pada bulan November 1945 Herman Johannes pindah ke Yogyakarta. Ia diserahi tugas dan tanggung jawab untuk membangun dan memimpin Laboratorium Persenjataan Markas Tinggi Tentara Keamanan Rakyat (MTTKR). Oleh karena bekerja di angkatan perang, ia diberi pangkat Mayor. Selain membina laboratorium ini, Johannes juga disibukkan dengan tugas mengajar, antara lain di Akademi Militer, Sekolah Tinggi Teknik di Yogya, dan Sekolah Tinggi Kedokteran di Klaten. Pada waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua, ia ikut bergerilya bersama pasukan Taruna Akademi Militer. Sesudah perang kemerdekaan berakhir, Johannes menanggalkan atribut militernya. Ia bertekad untuk meneruskan pengabdian di dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi. Namun, selama beberapa bulan dalam Kabinet Natsir (September 1950 sampai April 1951), ia bertugas sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga. Dalam Kabinet ini ia mewakili Persatuan Indonesia Raya (PIR) yang ia ikut mendirikannya pada tahun 1948. Pengabdian Johannes di dunia perguruan tinggi lebih banyak berlangsung di Universitas Gadjah Mada. Jabatannya dimulai sebagai Ketua Fakultas Teknik, kemudian sebagai Ketua, dan Fakultas Ilmu Pasti dan Alam (FIPA) dan terakhir sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada (1961 - 1966). Berdirinya FIPA adalah atas gagasan Johannes. Selain di bidang Teknik, Johannes juga menaruh perhatian yang besar di bidang ketenagaan, mula – mula pada tenaga atom, kemudian energi pada umumnya. Khususnya mengenai tenaga atom, dua kali ia mengikuti konferensi internasional sebagai anggota delegasi Indonesia, yakni di Jenewa tahun 1955 dan Tokyo tahun 1957. Di bidang energi, ia mengkhususkan perhatian pada masalah minyak bumi. Dengan perkiraan bahwa deposit minyak bumi semakin lama semakin berkurang, ia mengadakan penelitian untuk mencari bahan pengganti. Ia menemukan bahwa Ilalang dapat dijadikan alternatif pengganti bensin. Walapun berlatar belakang pendidikan eksakta, ternyata Johannes juga menaruh perhatian di bidang noneksakta, khususnya bahasa. Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi anggota Komisi Istilah dibawah pimpinan Sultan Takdir Alisyahbana. Pada tahun 1972 – 1978 ia menjadi anggota Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. Di samping kegiatan sebagai peneliti dan kegiatan di perguruan tinggi, Johannes juga sering terlibat dalam kegiatan Kenegaraan. Pada tahun 1957 – 1959 ia menjadi anggota Dewan Nasional. Tugas sebagai anggota Dewan Perancang Nasional dijalaninya selama empat tahun (1958 - 1962). Kemudian selama sepuluh tahun (1968 – 1978 ) ia bertugas pula sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Tugas lain ialah sebagai anggota Komisi Empat dalam rangka pemberantasan korupsi. Herman Johannes meninggal dunia pada tanggal 17 Oktober 1992 di Yogyakarta, ia merupakan Ilmuwan yang menguasai beberapa bidang ilmu di samping ilmu yang secara khusus didalaminya di sekolah dan perguruan tinggi. Pengabdiannya kepada bangsa dan negara tidak terbatas hanya pada bidang keilmuannya, tetapi juga meliputi bidang lain. Ia pernah aktif di bidang politik dan lingkungan militer. Sebagai Ilmuan, ia menghasilkan lebih dari 150 karya tulis, baik yang berbentuk buku maupun artikel. Berkat pengabdian itu, ia menerima penghargaan berupa tanda jasa :
  1. Bintang Gerilya, 1958
  2. Satyalancana Perjuangan Kemerdekaan, 1961
  3. Satyalancana Wira Karya, 1971
  4. Bintang Mahaputera, 1973
  5. Doktor Honoris Causa, UGM, 1975
  6. Bintang Legiun Veteran RI, 1981
  7. Anugerah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 1991
Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikan beliau di pecahan uang logam rupiah baru, pecahan Rp. 100. Atas jasa – jasanya Pemerintah RI menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor : 058/TK/Tahun 2009 tanggal 6 November 2009. (dari berbagai sumber)

Editor: Suluh Desa

Tags

Terkini

X