Ey Pulu, Anak Politisi Golkar yang Memilih Bergabung ke Partai Demokrat

- Kamis, 17 Maret 2022 | 00:29 WIB
SULUH DESA
SULUH DESA

KUPANG, suluhdesa.com | Menjadi seorang Politisi tidak hanya bermodalkan nama besar orang tua, tetapi dari niat hati, dan di sana ada nilai yang perlu diikuti. Hal ini disampaikan Herman A. Pinga Pulu atau Ey Pulu, Ketua Partai Demokrat Kabupaten Ngada, Kamis (25/03/2021) di kediamannya, di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ey Lahir di Kupang Tahun 1981. Sewaktu kecil, Ey selalu mengikuti dan menyimak bagaimana tokoh-tokoh Politik berdiskusi di rumah mereka karena kebetulan ayahnya Feliks Pulu adalah seorang Politisi Partai Golkar. Menurut sosok murah senyum ini, ia terpanggil dan mulai tertarik pada dunia Politik pertama kali sejak masih kuliah. “Saya terpanggil bukan karena apa-apa tetapi saya melihat keluhan masalah dari masyarakat dan mereka selalu datang ke rumah setiap hari bertemu bapak, sehingga membuat saya tertarik untuk menjadi wakil di sana. Ada nilai yang perlu saya ikuti,” ujar Ey. Ia kuliah di Malang dan ketika tamat dari kuliahnya, sang ayah masih terlibat di Partai Golkar. “Saya ditawari bapak untuk terlibat di partai karena bapak merasa saya cocok dan sudah saatnya saya harus bergabung. Namun saya masih berpikir. Saat sedang bergumul dengan pikiran saya itu, muncul kader senior Partai Demokrat tahun 2014 dan kami berdiskusi tentang Demokrat. Akhirnya saya daftar sebagai kader dan saya coba ikut terlibat saat pemilihan Walikota Kupang. Di situ saya lihat seninya berpolitik. Kenapa saya di Demokrat karena semangat orang muda ada di sana. Saya kagum dengan ciri khasnya SBY, ada kewibawaan tipe kepemimpinan yang saya kagumi dan simpatik,” jelas Ey. Dijelaskannya, pada saat Musda DPC, karena melihat Pileg Partai Demokrat nol kursi, ia memberanikan diri untuk maju bertarung berdasarkan pengalaman selama memenangkan pemilihan Walikota Kupang. “Saya punya warna sendiri dan ada plus minus sendiri. Saya punya pandangan sendiri dan saya terlibat  di Larantuka Flores Timur saat pemilihan serentak meskipun alot prosesnya, akhirnya teman-teman memilih saya. Dalam bayangan saya, berkomunikasi dan mengajak orang banyak pasti ada kemenangan. Kebetulan saya punya pengalaman di Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai pendamping desa tapi di Kota tahun 2012. Jadi pendamping itu saya banyak berinteraksi dengan masyarakat. Dari situ saya belajar psikologi masyarakat, kebutuhan mereka seperti apa, dan cara menangani mereka bagaimana. Kurang lebih empat tahun saya rasa cukup dan saat itu menikah,” beber Ey. Berbekal pendidikan Ekonomi, Ey mencoba membuka usaha keluarga di bidang Tour and Travel. “Saya ikut pelelangan jadi vendor maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan saya ditunjuk jadi vendor di Labuan Bajo Flores di bidang pemasaran. Di sana selama 4 tahun. Mestinya maju tetapi karena perkembangan teknologi orang lebih banyak memesan tiket di online. Karena hal itu saya jatuh,” imbuh Ey. BACA JUGA:
Kisah Kasih Safari Sosial Demokrat NTT ke Panti Asuhan ALMA TDM Jeriko Bertindak Seperti Bukan Kader Demokrat, Abdullah Apa: Itu Bunuh Diri
Saat dirinya terpilih menjadi Ketua DPC Demokrat Kabupaten Ngada, ia harus berjuang dengan proses awal yang cukup rumit. Lika liku yang dihadapinya sangat banyak dan tidak cukup dengan nama besar orang tua. “Banyak yang pesimis bahwa saya belum saatnya, tetapi saya yakin dan ubah polanya yakni kita harus terbuka dan berani berkomunikasi meski saat itu ada yang pro dan ada yang kontra. Saya jalan sendiri, sosialisasi dengan semangat kebersamaan dalam partai, akhirnya Pileg tahun 2012 kami mendapat dua kursi yaitu dari perwakilan dari Riung dan dari Soa. Kami urutan ketujuh. Ini yang memantik saya bersemangat lebih tinggi untuk membesarkan Partai Demokrat. Saya melihat spirit orang tua saya khususnya Bapak saya selain menguasai fungsi DPR tetapi mempunyai nyali untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Nah itu yang juga membuat saya harus memiliki tekad untuk mandiri dalam semangat yang tinggi pula,” terang Ey. Soal pilihannya yang berbeda dengan ayahnya, banyak orang kemudian bertanya apakah ia tidak terganggu? “Cara pandang saya, jalan pikiran saya yang kamu harus terima. Itu yang saya sampaikan ke keluarga saya. Tantangan ada. Banyak pertanyaan dari orang-orang, kenapa tidak ikut bapak di Golkar saja? Banyak yang tidak suka karena berbeda tetapi saya tetap minta dukungan agar konsep, gagasan saya bisa diterima. Dinamika biasa bagi saya. Saya harus tunjukkan dulu saya siapa dan saya buat apa. Seandainya Tuhan berkenan ke depannya saya akan buktikan. Bagi saya menjadi apapun seperti DPR, Bupati, atau DPR RI saya jalani saja. Saya figur muda harus memiliki inovasi atau kreatifitas sehingga mampu membesarkan Partai Demokrat. Keraguan, ketakutan pasti ada hari-hari ini terhadap Partai Demokrat. Orang melihat dengan berbagai perspektif itu tidak bisa dipungkiri. Bagi saya partai apapun tidak ada yang abadi, pasti ada pasang surut, dinamika tidak ada soal, intinya level ke daerah kita respek serta peduli bersama masyarakat,” beber Ey. Ey juga mengajak anak-anak muda di Ngada untuk tidak takut berpolitik. “Soal siapapun yang ingin menjadi Anggota DPR itu diberikan ruang, namun semua harus belajar jadi kader partai. Saya welcome dengan semua anak-anak muda di Ngada atau siapa saja yang mau bergabung dengan Partai Demokrat. Syaratnya harus terus membangun soliditas agar ke depan lebih besar lagi. Saya menjunjung tinggi pendapat siapapun meski kita berbeda. Dengan partai lain kita bukan menjadi rival tetapi saran dan masukan positif dari mereka harus kita terima. Jika ada tawaran ke partai lain saya tidak akan mau karena saya diajarkan untuk setia dan loyal. Saya akan berjuang terus untuk Partai Demokrat,” tutup Ey. (idus/msd-01)

Editor: Suluh Desa

Tags

Terkini

X