Karolina Bhoki Lede Ingin Jadi Anggota DPRD Ngada, Berjuang untuk Perempuan

- Senin, 16 Januari 2023 | 14:09 WIB
Karolina Bhoki Lede, S.Pd. (Istimewa)
Karolina Bhoki Lede, S.Pd. (Istimewa)

 

SOSOK, suluhdesa.com | Nama perempuan muda ini adalah Karolina Bhoki Lede, S.Pd. Karolina merupakan alumni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Flores. Usianya 33 tahun dan masih lajang. Karolina berasal dari Borani-Langa, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Memiliki paras yang cantik dan menawan membuat Karolina selalu tampil energik dan penuh percaya diri. Tutur katanya lembut namun kadang penuh ketegasan. Menggambarkan keteguhan hatinya.

Karolina dalam kesehariannya berkecimpung dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. Lantaran kerap berjumpa dengan masyarakat biasa yang kadang dilupakan pemerintah, membuat Karolina bertekad untuk masuk ke dunia politik. Bagi Karolina Lede, dengan kekuatan politik, ia dapat memperjuangkan kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga: Mobil Dinas Pejabat di NTT sering Bergoyang di Malam Hari, Ada Apa

Olin, begitu dirinya biasa disapa, ingin menjadikan dirinya berguna bagi orang lain.

Dalam wawancara dengan Media SULUH DESA, Minggu, 15 Januari 2023 siang, Olin hendak menjadikan dirinya seperti lilin yang menyala. Walaupun nanti akan habis terbakar, namun nyalanya berguna bagi orang lain.

Saat ini Olin telah bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Olin telah mendaftar di partai berlambang Banteng ini untuk bertarung dalam pemilihan legislatif tahun 2024 mendatang bersama para kader lain.

Olin mengaku jika dirinya ingin menjadi Anggota DPRD Kabupaten Ngada dari Dapil 1 yakni dengan pemilih yang berada di Kecamatan Bajawa. Tentu saja saat ini Olin sedang berproses sesuai aturan KPU dan UU.

“Saya pernah di telepon teman laki-laki yang meminta saya untuk jangan urus politik sebab saya seorang perempuan. Eh bukankah kata-kata ini memojokkan kami perempuan? Apakah ada undang-undang yang melarang kami perempuan untuk tidak boleh urus politik? Ataukah ini kode bahwa kaum laki-laki resah dan gelisah karena mulai muncul ke permukaan perempuan-perempuan berpotensi dalam ruang politik?,” ungkap Olin dalam balutan senyumnya yang manis.

Menurut Olin, fakta saat ini perempuan dipaksa secara halus berperan sebagai pelengkap syarat 30 persen keterwakilan perempuan.

“Ini sangat disayangkan. Namun, jika tidak ada syarat keterwakilan 30 persen perempuan, mungkin saya juga tidak punya niat menjadi caleg dan saya tetap apatis terhadap politik,” katanya.

Dengan 30 persen kuota perempuan membuat Olin semakin yakin untuk bertarung.

“Dan hemat saya kalau mau mendapatkan kebijakan yang berkualitas di parlemen, kebijakan yang responsif gender maka keterwakilan perempuan dalam ruang politik harus dipenuhi, bukan hanya sekedar aksesoris,” ujarnya berapi-api.

Halaman:

Editor: Frids Wawo Lado

Tags

Terkini

X