SOSOK, suluhdesa.com | Frans Seda adalah seorang tokoh besar asal Maumere yang pernah menduduki beberapa jabatan politik dan pemerintahan di tingkat nasional di masa lalu. Ia menjadi menteri beberapa portofolio dalam kabinet Soekarno dan Soeharto. Ia pernah menjadi duta besar ataupun anggota lembaga tinggi negara. Pada era reformasi, jebolan Tilburg University Belanda ini pernah menjadi penasehat di bidang ekonomi bagi beberapa presiden.
Bila seluruh 'achievements' Seda sebagai teknokrat eksekutif itu diuraikan maka dengan segera bisa disimpulkan bahwa 'mosalaki humble' kelahiran Lekebai, Maumere 1926 ini merupakan salah satu dari sedikit menteri yang paling berprestasi selama republik ini berdiri.
Kebijakan Seda di bidang perekonomian negara terutama di masa sulit sekitar peralihan rejim orde lama ke orde baru itu misalnya, dinilai amat berani, solutif, sekaligus brilian oleh berbagai pengamat ekonomi dan keuangan, dalam dan luar negeri. Demikian pula pengakuan oleh Srie Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Indonesia saat ini. Seda boleh disebut sebagai peletak dasar sistem budgeting negara dengan menerapkan konsep anggaran berimbang ketika ia menjabat sebagai Menteri Keuangan 1966 -1968. Konsep anggaran ini masih berlaku hingga kini.
Ketika menjabat sebagai Menteri Perhubungan, 1968 - 1973, Seda menginisasi gagasan konektivitas dengan pembangunan bandara Soekarno Hatta, bandara Juanda dan berbagai sarana prasarana penerbangan perintis maupun perhubungan laut di seluruh Indonesia, khususnya di kawasan Indonesia Timur.
Frans Seda juga dikenal karena berbagai pencapaian monumental di luar karir politik dan jabatan pemerintahan. Ia ikut menukangi kelahiran Kompas dan Gramedia Group yang pernah menjadi media mainstream tanah air. Ia mendirikan Universitas Katolik Atmajaya Jakarta. Seda terlibat dalam berbagai diplomasi internasional terkait pembebasan Irian Barat maupun Timor Timur. Gagasan pengembangan pariwisata Nusa Dua Bali dan Otorita Batam berasal dari pemikiran Seda. Jauh sebelum Labuhan Bajo menjadi destinasi wisata premium saat ini, Frans Seda telah memulai upaya investasi kepariwisataan di Flores, seperti di Waiara Maumere dan Moni Ende.
Nama Frans Seda sangat familier bagi umat katolik Indonesia pada era 1950 hingga awal tahun 2000 an. Ia pernah menjadi Ketua Umum Partai Katolik melanjutkan kepemimpinan I.J. Kasimo. Ia juga pernah ditetapkan sebagai salah satu representasi awam katolik Asia oleh Vatican. Atas mediasinya, Paus Paulus VI dan Paus Johanes Paulus II berkenan mengunjungi Indonesia. Sebaliknya, beberapa kunjungan Soekarno ke Vatican tentunya tidak lepas dari peran mediasi Seda.
Seda Sentis Say
Bersamaan dengan penampilan Frans Seda dalam pentas politik dan kekuasaan nasional, hadir pula 2 politikus kaliber nasional asal Maumere, yaitu Ben Mang Reng Say dan VB (Sentis) da Costa. Ketiga tokoh ini, Seda Sentis Say kerap dijuluki trio S atau 3 S.
Pada masa jayanya, 'the three musketeers' asal Maumere, Flores ini selalu seiring sejalan dan menjadi andalan utama Partai Katolik Indonesia, setelah I.J. Kasimo. Dengan keahlian mumpuni di bidang masing masing, ketiganya saling menopang dalam berbagai momen perjuangan. Nyaris tak pernah terdengar perbedaan visi apalagi gesekan kepentingan.