PMII Cabang Kupang: NTT Merupakan Provinsi Dengan Tingkat Toleransi Tertinggi Yang Mesti Tetap Dijaga

- Sabtu, 25 Maret 2023 | 07:00 WIB
 Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII) Cabang Kupang
Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII) Cabang Kupang

KUPANG, suluhdesa.com | Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII) Cabang Kupang mengajak seluruh kader dan anggota PMII serta masarakat NTT untuk sama sama mencegah pemikiran radikalisme agama dalam menjaga kebersamaan umat beragama.

Ketua Umum PMII Cabang Kupang Mukhlis Umbu mengatakan hal itu dalam rilisnya yang dikirimkan kepada media ini, Jumat, 24 Maret 2023, malam.

Ajakan itu kata Kader NU ini dikhususkan kepada kawula muda.

Menurut dia pada usia muda memiliki kerawanan untuk dicecoki dengan berbagai pemikiran radikalisme. Hal tersebut disebabkan oleh pemahaman agama yang belum matang.

Baca Juga: Dinilai Lamban Tangani Perkara Penganiayaan Dengan Pengeroyokan, Profesionalitas Polres Belu Diragukan

"NTT merupakan salah satu Provinsi dengan tingkat toleransi tertinggi yang mesti tetap dijaga. Untuk menjaga itu dibutuhkan kebersamaan dan kesadaran untuk menangkal pemikiran pemikiran radikal yang menggangu toleransi antar umat beragama yang selama ini cukup kuat," kata Mukhlis.

Dikatakannya lebih lanjut, ada beberapa alasan PMII mengajak masarakat untuk mencegah pemikiran radikalisme agama.

Selain PMII merupakan organisasi yang lagi dari rahim Nahdatul Ulama yang tentunya memiliki Komitmen untuk menjaga keutuhan bangsa. Radikalisme terorisme juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi masarakat. Antara lain terjadinya teror dan kekerasan yang menimbulkan keresahan dan ketakutan dalam masarakat.

"Bisa juga menimbulkan konflik horizontal maupun vertikal yang dapat menghilangkan harta benda maupun nyawa sekalipun. Terhambatnya perekonomian masarakat dan pada akhirnya menimbulkan deintegrasi sebuah daerah atau bangsa," ujarnya.

Ia menjelaskan beberapa karakteristik yang dimiliki kelompok radikalisme diantaranya tidak toleran.

Kelompok intoleran kata dia, tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain, fanatik yang keliru yakni selalu merasa benar sendiri mengganggap orang lain salah.

Mengeksklusifkan diri yakni memisahkan diri dengan umat lain, baik internal maupun eksternal, serta bersikap revolusioner yakni cenderung menggunakan cara cara kekerasan untuk mencapai tujuan mereka.

Ia mengatakan media penyebaran paham radikalisme dan terorisme yakni melalui pendekatan personal yang menyasar pada keluarga, teman, dan orang orang dekat, melalui forum diskusi seperti kelompok kelompok kajian, melalui media publikasi yaitu poster, selebaran maupun tabled dan juga melalui internet seperti Facebook, twitter dan aplikasi sosial media lainnya.

"Hal ini pernah dilakukan oleh ormas yang dibubarkan pemerintah sejak tahun 2017 yaitu Ormas Hizbut Tahrir. Untuk saat ini menjadi serangan paham radikalisme dan terorisme adalah pola pikir atau mindset berupa pertarungan ide, paham gagasan untuk mempengaruhi masarakat terkhususnya kaum milenial," paparnya.

Halaman:

Editor: Frids Wawo Lado

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X