SULUHDESA.COM | Siapa yang bisa menebak perjalanan hidupnya? Tak seorang pun mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi pada dirinya. Manusia boleh merancang hidupnya, tetapi Tuhan yang akan menentukannya. Hal inilah yang dialami oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Drs. Josef Adreanus Nae Soi, MM.
Ia lahir 70 tahun lalu tepatnya tanggal 22 September 1952 di Mataloko, Flores. Josef kecil masuk Sekolah Rakyat (SR) di kampung halamannya pada tahun 1957 dan tamat pada tahun 1963. Selepas SR, ia melanjutkan pendidikan di Ambach School di Mataloko pada tahun 1963 hingga 1967, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Olahraga Atas (SMOA) di Ende hingga tamat.
Usai tamat SMOA, Josef tidak langsung melanjutkan pendidikan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ia memilih menjadi guru pada Sekolah Menengah Pertama di Maumere (1970-1972). Josef sebagai guru muda pada waktu itu sempat bergabung dengan dengan klub sepakbola kebanggaan rakyat Sikka, Persami Maumere. Josef berhasil melambungkan nama Persami dalam kancah sepak bola NTT. Modal prestasinya di Persami, putra Ngada ini hijrah ke Jakarta. Di sana, ia membaktikan hidup sebagai guru di Sekolah Menengah Kejuruan Pelayaran (1973-1975), sebelum ia memutuskan kuliah.
Pada tahun 1975, ia mengenyam pendidikan di Fakultas Ilmu Pengetahuan (IPK) Universitas Jakarta dan tamat pada 1981. Sembari kuliah, Josef menjadi staf pada Centre for Strategy and Internasional Studies (CSIS) selama 3 tahun.
Lulus dari Atmajaya, ia mengikuti berbagai kursus baik di dalam maupun di luar negeri seperti Legal Drafting Course di Universitas Leiden Belanda dan Pengembangan Eksecutive Course pada Lembaga Administrasi Negara Jakarta. Di sela-sela kesibukannya di ibukota, ia menyempatkan diri untuk melanjutkan studi Magister Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Jakarta (1997-2000).
Karier Josef Nae Soi mulai menanjak sejak ia berprofesi dosen di ALTRI Kehakiman Jakarta (1997-2007). Sementara, karier legislatifnya dimulai di awal periode reformasi, kala ia diajak oleh Akbar Tandjung untuk menjadi politisi Partai Golkar. Ia pun mengubah arah hidupnya, dari seorang akademisi menjadi politisi.
Terhadap pilihan ini, ia memiliki pandangan tersendiri, menurutnya, antara dosen dan politisi memiliki kesamaan, sama-sama mengabdi kepada rakyat. Bedanya, politisi lebih bisa berbuat langsung saat menemukan ketidakberesan pemerintah. Nasib baik memihaknya, Bapak Josef A. Nae Soi terpilih menjadi anggota DPR RI pada periode 2004—2009, begitu pula pada periode 2019-2014.
Ia memiliki banyak pengalaman di bidang organisasi. Sejak mahasiswa, ia terlibat dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia (PMKRI). Jabatan yang pernah diembannya, sebagai sekertaris DPC PMKRI dari tahun 1974 hingga tahun 1976. Di kampus, ia penah menjadi ketua umum Koordinator Mahasiswa Universitas Atmajaya Jakarta (1977-1979).
Selepas lulus dari Univeristas Atmajaya, ia menjadi wakil ketua umum di HILLSI di Jakarta mulai tahun 1992 hingga tahun 2007. Ia juga tercatat sebagai pengurus DPP Partai Golkar dari tahun 1998 hingga pada tahun 2005. Setelah itu ia menjadi Pokja DPP Partai Golkar sejak tahun 2005.
Pada Pemilu 2014, Josef tidak terpilih dalam hajatan demokrasi pemilihan legislatif. Kariernya tidak berhenti di situ. Ia kemudian dipercayakan menjadi staf khusus pada Kementrian Hukum dan HAM.
Rupanya dunia politik telah mendarah daging dalam dirinya. Momentum pun tiba, ia mendapat amanat untuk mendampingi Bapak Viktor Bungtilu Laiskodat pada Pilgub NTT 2018. Hasil perolehan suara Pilgub, mayoritas NTT memilih pasangan yang berjargon NTT Bangkit NTT sejahtera ini sebagai gubernur dan wakil gubernur periode 2018-2023.
Kecermalangan politik Bapak Josef Nae Soi sama cemerlangnya dalam kehidupan rumah tangganya yang rukun dan harmonis. Ia memiliki Mama Maria Djogo, sang istri yang setia mendampingi dimana pun ia meniti kariernya. Buah perkawinan mereka, Bapak Josef dan Mama Maria dikarunia sepasang buah hati, Alfredo Sebastianus Soi dan Justina Josefa Mamo Soi.
Josef Nae Soi adalah sosok yang bertalenta; politisi ulung, pesepak bola (legend-nya Persami) serta memiliki suara emas berkarakter dan hingga kini telah menghasilkan beberapa album yang di-publish di kanal Youtube-nya. Dalam memaknai hidup, ia memiliki filosofi hidup “Fortiter in Re, Suaviter in Modo” - tegas menuntaskan masalah, ramah dalam penyelesaiannya. (*)