Katekese Hari II! Kasih dan Belas Kasih Allah yang Tak Terbatas dalam Kehidupan Nabi Yunus

Kisah Nabi Yunus ini mengajarkan kita tentang betapa Tuhan senantiasa mengasihi dan memaafkan kita, meskipun kita sering kali merasakan kesedihan dan ketidaksenangan di dalam hidup ini. (Baca: Yunus 4: 1-11)

SULUHDESA.COM | Kisah Nabi Yunus adalah sebuah cerita yang menggambarkan bagaimana manusia dapat berjuang dengan perasaan menyesal, marah, dan bahkan meminta Tuhan untuk mencabut nyawanya.

Pertanyaannya adalah mengapa Nabi Yunus sangat terbebani oleh perasaan-perasaan negatif ini?

Dalam ayat 2b, diketahui bahwa Yunus merasa menyesal karena penolakannya untuk mengabarkan pesan Tuhan kepada bangsa Nivenive, dan ini menyebabkan dirinya terjebak dalam perut ikan paus.

Baca Juga: Katekese Hari I! Kerendahan Hati dan Penyerahan pada Tuhan, Pelajaran Hidup dari Kisah Yunus dan Awak Kapal

Perasaan menyesalnya menjadi begitu kuat sehingga ia menjadi marah dan bahkan memohon Tuhan untuk mencabut nyawanya.

Dalam ayat 4, Tuhan berbicara kepada Yunus dan menghadapinya dengan firman-Nya.

Firman Tuhan kepada Yunus yang menyesal dan marah adalah sebuah pengingat tentang kasih dan belas kasih Tuhan.

Dalam kelemahan dan kesalahannya, Yunus mengalami kehadiran Allah yang lembut dan penyayang yang terus mencintainya.

Namun, Yunus harus menjawab tanggapan Allah dalam ayat 5.

Ia merasa bahwa berpihak kepada keadilan dan mengalahkan bangsa Nivenive merupakan tindakan yang lebih pantas.

Baca Juga: Menggali Makna Mendalam Kitab Suci: Pentingnya dan Ajaran Katolik

Sebagai manusia biasa, ia kesulitan mengerti dan menerima kasih Allah yang begitu luas.

Ia masih terfokus pada hukuman yang seharusnya diberikan kepada bangsa Nivenive.