TOELERANSI, suluhdesa.com | Ogoh-ogoh adalah sebuah patung raksasa yang dibuat untuk perayaan Tahun Baru Saka atau Nyepi, yang merupakan hari raya Hindu di Bali, Indonesia.
Patung ini dibuat dari bahan bambu, kayu, dan kertas, dan dihiasi dengan warna-warna cerah dan aksesoris yang menggambarkan makhluk mitologi atau tokoh-tokoh legendaris.
Ogoh-ogoh biasanya dibuat oleh komunitas desa atau kelompok pemuda di Bali, dan kemudian dipamerkan dalam sebuah prosesi yang disebut dengan "perarakan ogoh-ogoh".
Prosesi ini melibatkan pemuda yang membawa ogoh-ogoh dengan cara dipikul, dan diiringi dengan musik dan tari-tarian.
Setelah prosesi selesai, ogoh-ogoh biasanya dibakar di tempat terbuka sebagai simbol dari mengusir roh jahat dan kesalahan-kesalahan di dalam diri manusia.
Hal ini juga menjadi simbol dari mengembalikan keadaan alam ke keadaan semula, sebelum diadakannya Nyepi, yaitu hari raya di mana orang Bali melakukan puasa, meditasi, dan introspeksi diri secara kolektif.
Bahan-bahan yang umumnya digunakan untuk membuat ogoh-ogoh adalah bambu, kayu, kertas, dan cat.
Selain itu, biasanya juga dibutuhkan aksesoris seperti kain, tali, kain perca, dan hiasan lainnya untuk menghiasi ogoh-ogoh.
Alat-alat yang digunakan untuk membuat ogoh-ogoh meliputi:
- Pisau atau gergaji untuk memotong bambu dan kayu
- Gunting untuk memotong kertas dan kain
- Lem untuk merekatkan bahan-bahan yang dipakai
- Cat dan kuas untuk mewarnai ogoh-ogoh
- Alat perekat seperti paku, sekrup, atau kawat untuk mengikatkan bagian-bagian ogoh-ogoh
- Selain itu, terkadang diperlukan alat bantu seperti kuda-kuda atau tali temali untuk mengangkat ogoh-ogoh yang berat dan besar.
Sejarah ogoh-ogoh dapat ditelusuri kembali ke masa lalu, di mana tradisi pembuatan patung raksasa ini sudah ada dalam perayaan Hindu di India.
Namun, penggunaan ogoh-ogoh dalam perayaan Tahun Baru Saka atau Nyepi di Bali, Indonesia, baru dimulai sekitar tahun 1980-an.
Menurut cerita, ogoh-ogoh pertama kali dibuat oleh sekelompok pemuda di desa Sesetan, Bali pada tahun 1980.
Mereka ingin menambahkan nuansa baru dalam perayaan Tahun Baru Saka, yang sebelumnya hanya diisi dengan upacara keagamaan dan meditasi.
Ide pembuatan ogoh-ogoh ini awalnya ditolak oleh para tetua desa, karena dianggap tidak sesuai dengan tradisi dan agama Hindu.
Namun, dengan tekad dan semangat yang kuat, para pemuda tersebut akhirnya berhasil meyakinkan para tetua desa untuk mengizinkan pembuatan ogoh-ogoh.
Artikel Terkait
Kabupaten Sumba Barat Raih Tiga Medali Emas Cabor Taekwondo Di POPDA NTT, Ini Yang Diharapkan Pelatih
10 Tips Rahasia Sukses Meraih Beasiswa Luar Negeri, Kamu Dijamin Berhasil
Membaca Kontestasi Dapil 1 NTT Menuju Senayan 2024
Hadiri Sasando Dia, Wagub NTT Minta Tingkatkan Kualitas UMKM NTT
Mobil Fortuner Jadi Angkutan Umum Di Papua, Ini Tarifnya, Toyota Indonesia Ngaku Kaget
Bupati Hengky Kurniawan Buka Kesempatan Kolaborasi Pemda KBB dengan JPP Jawa Barat, Ini Kata Rusyandi
Berikut Ini Jadwal Sidang Isbat Ramadhan 2023 Lengkap Dengan Lokasi Titik Pemantauan Hilal, Simak Ya
Calon Penerima Beasiswa Kerapkali Gagal di Sesi Wawancara, Setelah Baca Ini Dijamin Pasti Sukses
Hasil Sidang Isbat Penentuan Awal Puasa Ramadhan 1444 H Didapat Rabu 22 Maret 2023, Sama Dengan Muhammadiyah?
Untung dan Rugi Beasiswa Dalam dan Luar Negeri, Rekomendasi Ini Cocok Buat Kamu Yang Pilihan Masih Mengambang